Dewasa Itu...
Tingkat kedewasaan seseorang enggak selalu berbanding lurus dengan usianya. Mereka yang lebih tua belum tentu lebih dewasa. Lalu, bagaimana mengukur tingkat kedewasaan seseorang?
Betty sering sebel kalau teman-temannya komentar, "Kamu kok enggak dewasa gitu, sih?" Atau nyokapnya juga pernah komentar, "Betty, kamu
Kita mungkin pernah menghadapi situasi seperti yang dialami Betty. Atau kita sendiri sudah bosan dibilang anak- anak, pengin dianggap gede. Dibilang anak-anak ogah, dibilang dewasa juga masih bingung. Memang dewasa itu kayak apa ya?
1. Intelektual
Dari segi ini kita dikatakan dewasa dilihat dari kemampuan kita membentuk pendirian. Artinya, kita punya pendirian atau prinsip yang jelas sehingga tidak mudah terombang- ambing oleh situasi yang menuntut kita untuk bersikap. Tapi, tetap memerhatikan pendapat orang lain walaupun tidak bersandar pada pendapat itu. Kemampuan mengambil keputusan sendiri dengan tegas dan bebas berdasarkan bukti, alasan nyata, dan nasihat baik dari orang lain, serta bertanggung jawab dengan segala keputusan kita. Tidak bingung kalau ada masalah, tapi dianalisis sebab-sebabnya sehingga bisa dicari kemungkinan-kemungkinan penyelesaiannya.
2. Emosional
Kita dikatakan sebagai orang dewasa secara emosional ditandai dengan kemampuan menerima emosi dan menguasainya secara wajar. Artinya, apa pun emosi yang sedang kita alami, kita tetap bisa menguasai dan mengelolanya dengan baik. Tidak dipengaruhi rasa takut dan gelisah. Kita bisa mengontrol emosi sehingga tidak merugikan orang lain. Dari sini dapat dilihat bahwa orang dewasa juga punya kecerdasan emosi yang cukup tinggi.
3. Sosial
Kedewasaan kita dari segi sosial tampak dari keterbukaan terhadap orang lain. Sanggup membuat persahabatan. Tidak bergantung kepada siapa pun, tapi bukan berarti kita tidak butuh orang lain. Kita bisa menyesuaikan diri dan hormat dengan hukum, kebiasaan, dan adat-istiadat masyarakat di mana pun kita berada.
4. Moral
Dari segi moral dapat dilihat dari kesetiaan kita pada asas- asas moral dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya semakin dewasa diri kita, akan semakin mementingkan orang lain daripada diri sendiri.
5. Spiritual
Kedewasaan dari segi ini bisa dilihat dari cara berkeyakinan yang tidak sempit. Kita mampu bergaul dan membina hubungan baik dengan orang- orang yang keyakinannya berbeda dari diri kita. Kalau sudah mencapai hal itu, kita mampu mencintai orang lain tanpa batas-batas agama, ras, suku, atau golongan.
Lalu, apakah seseorang yang disebut dewasa kemudian meninggalkan segala bentuk keceriaan, kegembiraan, dan kegairahan hidup? Tentu saja tidak. Orang dewasa tidak harus selalu bersikap serius. Adakalanya orang dewasa juga bersikap jahil dan senang bercanda untuk memecah kebekuan atau menurunkan ketegangan.
Penghambat kedewasaan
Kedewasaan tidak selalu berhubungan dengan umur. Kadang ada orang yang umurnya boleh dibilang tua, tapi sikapnya masih kekanak-kanakan, suka menang sendiri, emosian, dan enggak mau kalah. Tapi, ada yang sebaliknya walaupun usianya masih muda, dia mampu menjadi panutan teman-temannya.
Kedewasaan adalah proses perkembangan kepribadian. Karena proses, jadi enggak bisa instant. Tidak bisa hanya dengan berdandan ala orang dewasa terus jadi orang dewasa. Kedewasaan itu lebih ke sikap kita dalam menghadapi apa pun. Memang sih, mestinya yang umurnya lebih banyak dia akan lebih dewasa karena sudah mengalami banyak hal dalam hidup dan lebih banyak belajar dari pengalaman. Tapi nyatanya tidak selalu begitu, ini karena pendewasaan dalam prosesnya bisa mengalami kemajuan, mandek, bahkan mundur. Orang yang selalu belajar dari pengalaman dan suka introspeksi diri biasanya proses kedewasaannya makin maju. Artinya, makin hari ia makin tumbuh menjadi manusia yang lebih bijaksana. Sebaliknya, orang yang cepat merasa puas sehingga merasa tidak perlu belajar lagi, manja, tidak mau dikritik dan selalu lari dari masalah akan mengalami hambatan dalam proses pendewasaannya.
Latihan
Ciri paling mencolok dari orang yang tidak dewasa adalah egoisme yang tinggi. Artinya, selalu mementingkan diri sendiri tanpa melihat kepentingan orang lain. So, latihan pertama untuk menjadi dewasa adalah berlatih untuk mengurangi sifat egois kita.
Latihan selanjutnya adalah belajar untuk menerima diri sendiri apa adanya. Pada dasarnya orang menjadi egois karena ia tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri apa adanya. Jadi, cobalah eksplor diri sendiri kekurangan dan kelebihannya. Terimalah apa pun yang ada pada diri sendiri. Hanya dengan menerima diri sendiri apa adanya, kita akan mampu bersikap terbuka pada orang lain.
Mencintai semua yang ada dalam diri kita sendiri merupakan dasar untuk bisa mencintai semua manusia. Kalau kita mampu mencintai semua manusia apa adanya, itu berarti kita telah sampai di "puncak kedewasaan"!
Kuncinya adalah belajar… berlatih… belajar... berlatih teruuuuus !